Senin, 05 November 2018

Tak Ada yang Pantas Dipercaya?

Illustration created use #Picsart by @upangman
Kerisauan, kegundahan dan kegalauan cukup sudah, karena tak ada yang pantas dipercaya. Hal yang kamu banggakan tak bisa membuatmu tenang, referensi buku, berita dan kitab-kitab yang menghiasi dinding kamar dan otakmu tak lagi mencerahkan.

Kau tersimpuh lemah tak berdaya, suara nyaringmu tentang prinsip dan optimisme itu tak lagi menggema. Suara itu sekarang terdengar seperti sayup-sayup daun kering dihempas angin berdebu. Energi positif yang selama ini mengelilingimu tak lagi berpihak, bahkan mereka nggan menegur sapa, karena kau tak pantas menjadi pengikat baginya. Kau bolak-balik baca referensi dan media terpercayamu, tak bisa membuat keadaan menjadi lebih baik karena memang tak ada yang pantas dipercaya. 

Hanya terdiam, terpejam dalam kesendirian mimpi yang tak berkesudahan. Tubuhmu tak lagi mampu berdiri tegak penuh energik untuk melawan butanya dunia. Kaki tangan tak mampu menopang keraguan berpikir bersih, sebab sekelilingmu kotor dan mereka tak peduli itu. Sikap acuh pada dirimu memberikan pengaruh negatif ke gelombang-gelombang dengki, iri dan sakit hati. Secara tak sadar pelan-pelan menggerogoti iman dan tekad yang selama ini kau pegang. Apa tidak ada yang pantas dipercaya? 

Pertanyaan akan diri selalu menjadi momok menakutkan dalam ruangan hampa penuh misteri. Bagaimana tidak! Ragamu, pikirmu dan batinmu sekarang tak lagi mampu menahan amarah dunia. Dunia yang membuat kamu buta, tuli dan lumpuh oleh HOAX dimana-mana, isu SARA bertebaran di seluruh sendi tubuhmu. Sampai isi kepalamu tak lagi mampu membendungnya, hingga sifat iblis kau tampakkan. Terus siapa lagi yang mesti dipercaya?

Kau berkata bijak dicela dan dijambak, kau berkata adil dibuli dan tak diberi andil. Apa yang kamu perjuangkan pelan-pelan meredup sirna bagai siang hari terik yang tiba-tiba muncul awan hitam. Iya, tidak apa jika awan hitam itu membawa hujan, namun gelapnya ini tanpa kesudahan, yang ada teriakan dan jeritan kehausan semakin menggema di sekelilingmu. Sama siapa kau mengadu?

Berniat membuka gerbang kebahagian, namun kegundahan yang menemani. Ingin menjadi orang vokal dalam menggali diri, namun jeratan setan referensi yang menghantui. Lalu siapa yang pantas dipercaya?

Ketika kau dalam kesendirian, suara-suara lirih dan berduri menyayat telinga kiri kananmu. Tak pantas rasanya telinga berada di kepala, apa iya kau taruh di pantat hingga yang terdengar kentutmu bukan omongan mereka? Sungguh Tuhan itu sangat adil menciptakan anggota badan, namun rasa diri yang belum menerima keadaan.

Apa kau tidak dengar, nafasmu mulai tak teratur? Yang ketika kau tarik nafas dada mengembang dan perut mengempis? Apakah itu normal? Apa kau tidak perhatikan si bayi lucu ketika menarik nafas perutnya mengembang dan ketika menghembuskannya perut mengempis? Tak belajarkah kamu dari sana? Dimana raga menunjukkan ketenangan si bayi, bukan seperti kamu!! Grasa-grusu, pusing-pineng, keluh-kesah dan sebagainya.

Apa kamu berpikir tak ada yang pantas dipercaya? Kamu bodoh! Buta! Lumpuh! Jika itu dalam pikirmu, sungguh tak berguna mata, pikiran dan hatimu. Leyaplah kau ke galian tanah sana! Kau tak pantas mengemban amanah sebagai pemelihara. Dirimu saja kau tak mampu memeliharanya apalagi alam semesta? Berpikirlah! Melihatlah! Bergeraklah! Kamu memang tak pantas percaya siapapun! Namun kamu wajib percaya dengan diri dan Tuhan.

Jalan ini masih panjang, tak ada ambisi yang pantas kamu perjuangkan selain mencari dan terus mencari siapa diri dan untuk apa kau di sini. Materi yang menghiasi dunia ini anggap saja seperti kayu yang dibakar api. Kau tak perlu asapnya, kau tak perlu apinya maupun arangnya. Namun yang kau perlu adalah kehangatan untuk menjalani hidup, menjadi penerang untuk diri dan orang sekitar.

Jadi siapa yang pantas kamu percaya?
#PesanDiri #PercayaDiridanTuhan